Minggu, 24 November 2013

Diplomasi “Kopai Kemiren”


     Kopai adalah lafal untuk kopi dalam bahasa Using, setiawan subekti adalah seorang keturunan budaya using, kemiren,  Banyuwangi jawa timur. Setiawan subekti merupakan salah seorang yang sangat piawai meracik kopi. Maka dari itu ia memperkenalkan kopi kemiren buatannya sebagai kopai kemiren. Kepiawaiannya itu ia sebarkan pula kepada warga kemiren yang menjadi duta kopi asal ijen. Ia jug pernah megajar sekitar 200 warga yang ingin belajar menyangrai kopi ditempatnya. Ia juga tak pelit berbagi ilmu menyeduh kopi kepada siapapun, termasuk orang yang baru ia kenalnya. Ia mencontohkan cara menyangrai dan menyeduh kopi agar aroma nya tidak hilang dan tercium keluar maksimal.
“Sekali seduh, kita bersaudara” itu adalah selogan iwan yang dipakai untuk membuka jalinan persahabatan. Iwan dan warga kemiren menciptakan atmosfer keakraban dengan mengopi dan membuka lebar-lebar pintu sanggar Genjah Arum yang ia bangun dan kelola hingga sekarang. Sanggar yang diisikan rumah-rumah adat Using yang masih orisinal hingga isi didalamnya pun tak luput dari benda-benda yang sangat berjauhan dari moderenisasi. Warga menjadikan sanggar sebagai tempat bersilahturrahmi, berkumpul hingga berlatih kesenian.

Disana Iwan sendiri yang langsung meracik dan menyeduhkan kopi untuk para tamunya. Sebagian besar tamunya mereson dan mengaku kecanduan kopi racikan iwan tersebut. Tak heran kalau ia sering diundang kesejumlah negara sebagai juri perasa kopi. Ia suka meracik kopi sendiri untuk memastikan rasanya supaya kekentalan, keasaman, dan terutama suasananya yang tak ditemukan dikedai kopi lain. Tamu yang datang berkunjung tak hanya berasal dari luar kota, tetapi juga dari luar negeri, bahkan turis yang baru dikenalnya. Dan semua tamu ia anggap penting. Bagi iwan,mereka adalah saudara serta “diplomat” pariwisata dan budaya indonesia.

Para finalis Gadis kopi dari sejumlah negara yang mengikuti ajang pemilihan Miss coffee international di Bali pun datang berkunjung ke sanggar Gajah Arum. Disana mereka disambut tarian gandrung, musik angklung paglak, gejug lesung dan diperkenalkan pula kopi khas kedai iwan kopi indonesia. Mereka mencoba menyangrai kopi dengan cara tradisional, mencicipi dan membawa pulang contohnya. Dia berharap cerita tentang Kemiren bisa menyebar luas tak hanya diindonesia, tetapi juga ke benua Afrika, Amerika dan Eropa. Karena orang indonesia bisa menghidangkan kopi yang enak dan berkualitas yang berasal dari Tanah Air.


Jenis paragraf   : Narasi
Sumber artikel : Kompas, jum’at, 4 oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar